Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Last Smile, Sayangilah Aku Selagi Masih Ada Oleh : Jumatul Fitrah,Pasir Pengaraian, Kab. Rokan Hulu


Malam ini hujan sangat lebat, ditambah dengan gelapnya dunia. Seperti gelapnya kehidupanku. Malam yang sangat dingin, saya hanya sanggup menangis di sudut kamar dengan menggenggam sebotol obat tidur di tanganku. Suara itu sudah tak abstrak lagi di ruang telingaku, setiap hari saya mendengarnya. Ya, suara perdebatan orang tuaku. Ada saatnya obat tidur ini akan ku teguk dengan sekali tegukan, mungkin jikalau saya sudah merasa muak dengan kehidupanku. Sekarang, saya hanya sanggup menjadi pendengar setia di sudut kamar dengan deraian air mata. Perdebatan yang tak ada ujungnya. Entah kapan kebahagiaan berpihak padaku.

Nama ku Vrantika putri anak satu satunya dari keluarga yang sanggup dikatakan kaya raya. Aku berusia 17 tahun. Aku bersekolah di SMA Tunas Bangsa Bandung dan duduk di kelas XII IPA A. Berkembangnya perusahaan orang tuaku, mungkin membuat ku sengsara. Lima tahun terakhir ini, saya merasa kebahagiaanku menghilang, sejak berkembangnya perusahaan tersebut. Kehidupan yang mewah tak membuat hidupku bahagia. Mungkin orang orang berfikir saya bahagia, padahal sama sekali tidak.

Hanya dengan selalu tersenyum kepada semua orang, sanggup memastikan apakah orang tersebut senang atau tidak?? Jawabannya tidak. Sama sepertiku, semua orang menggangap ku senang dengan segaris senyuman yang kuberikan. Padahal, I just give "f4k3 smile". Ya, "f4k3 smile" itulah keahlianku, menyembunyikan kesedihan ku dengan senyuman palsu.

Pagi ini tampak mirip pagi pagi biasannya dengan suasana rumah yang mirip biasanya, ya mirip tak berpenghuni. Kakiku mulai melangkah keluar kamar dengan seragam sekolah yang kukenakan. Satu persatu anak tangga ku turuni dengan tatapan yang tertuju ke arah meja makan. Tak ada yg berbeda, semua sama. Meja makan yg penuh dengan masakan dan minuman tanpa ada yang memakan. Perlahan saya mulai duduk di bangku itu dan saya mulai melihat di sekelilingku. Melihat keberadaan ayah dan ibuku.

"Pasti mereka sudah pergi bekerja" batinku berkata. Aku mulai menggerakkan tanganku. Menggambil sepotong roti dan memakannya, kemudian meneguk segelas susu vanila. "Where is my happiness??" Batin ku merintih.

Aku mulai memarkirkan kendaraan beroda empat sport merah milikku, kakiku mulai melangkah keluar mobil. Aku berjalan ke kelas dengan tatapan kosong. Tanpa ku sadari salah satu sahabat ku berjalan tepat disamping ku. "Hey, What's wrong with you??" Sahut Rila sambil meraih tanganku. "Eeh, tak ada" jawab ku dengan suara yang hampir tak terdengar. Kami berdua pun mulai jalan kembali ke kelas dengan ditemani beberapa pembicaraan tanpa makna.

Teng..... Teng.... Teng... Bel istirahat berbunyi, satu persatu murid dikelasku mulai keluar kelas, kecuali saya dan Rila. Hari ini saya memilih diam di kelas dengan sejuta masalah di benak ku. Rila mulai duduk disampingku, "Apa ketika ini kau punya masalah?" Tanyaku dengan wajah datar "Setiap manusia memiliki masalah untuk di pikulnya, tergantung ia yang menjalani hidupnya. Kalau ia cerdik memilih jalan yang benar ia akan lolos dari masalah itu, jikalau ia berpikir pendek, mungkin ia akan semakin terjerumus ke dalam masalahnya" jawabnya enteng.

Aku terdiam, dan memikirkan bagaimana dengan kehidupan ku ke depannya. "Apa masalah mu ketika ini?? Don't lie with me!!" Sahut Rila lagi "Tidak ada" balas ku dengan melemparkan senyuman hambar.
                              
Malam ini saya berharap tak ada keributan dirumahku. Tapi keinginan ku tak menjadi kenyataan. Lagi lagi ibu dan ayahku bertengkar, kurang lebih pukul 10.30 pertengkaran itu bermula. Ada saja hal kecil yang mereka permasalahkan. Malam ini pertengkaran mereka tak mirip hari hari biasanya, malam ini justru lebih parah. Aku hanya sanggup menangis menangis dan menangis.

"Sampai kapan mereka akan bertengkar" batin ku berteriak. Aku mulai muak dengan semua ini. Aku tersenyum, dengan air yang menetes dari mata ku yg sudah mulai bengkak. Kepala ku terasa pusing, pandangan ku mulai buram, Lagi lagi saya tersenyum. "When my happiness come true?!" Lagi lagi batin kumerintih dan saya mulai tak sadarkan diri hingga mentari pagi menyapa. Hari ini ibu sengaja tidak ke kantor, alasannya yaitu ialah ingin mengajak ku holiday, beruntung ibu masih peduli padaku tidak mirip ayah. Dia sudah pergi bekerja sejak pagi. Tapi semua terlambat, saya sudah tak sadarkan diri. Ibu mulai cemas dengan ku, alasannya yaitu ialah tak ada tanda tanda saya keluar kamar. Dia mulai berlari kecil menaiki anak tangga dan membuka pintu kamarku.
"Vrantikaaaaaaaa!!!" Teriak ibu yg sangat histeris. Mereka segera membawaku ke rumah sakit terdekat. Aku masih sanggup mendengar isak tangis ibu ku, tapi saya tak bisa berkata, sedangkan membuka mata pun saya tak bisa. Dari kejauhan saya medengar suara langkah kaki yang terburu buru berlari ke arah ku.

"Bagaimana keadaannya? Tanya orang itu entah kepada siapa. Dan ternyata itu ayah ku. Aku dibawa masuk ke dalam ruangan yang aroma dan suasana nya sangat abstrak bagi ku. Aku diperiksa dan beberapa alat medis menempel ditubuhku. Tapi semua sia sia, saya sudah tertidur untuk selama lamanya.

Dokter keluar dengan wajah kecewa. Semuar bertanya bagaimana keadaan ku, dokter hanya sanggup tertunduk dan menggelengkan kepala. Semua tersentak melihatnya, dan mulai histeris dengan jawaban dokter itu.

Mereka sangat menyesali perbuatan mereka yang tidak peduli kepadaku. Tapi semua sudah tak berarti, penyesalah hanya tinggal penyesalan. Karna waktu tak sanggup diulang dan sayangilah selagi ada.

The end

Pengirim : Jum'atul Fitrah, Pasir Pengaraian, Kab. Rokan Hulu, Sekolah di MAN 1 Rokan Hulu.

Ingin mengirimkan gesekan pena karya asli Anda untuk dimuat di www.salamedukasi.com, silahkan pelajari di sini: Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com


Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Last Smile, Sayangilah Aku Selagi Masih Ada Oleh : Jumatul Fitrah,Pasir Pengaraian, Kab. Rokan Hulu"