Akhir Semester I, “Nasib” Kurikulum 2019 Diputuskan Untuk Dilanjutkan,Dilanjutkan Dengan Evaluasi, Atau Ditunda Pelaksanaannya
Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan menetapkan ”nasib” Kurikulum 2019 pada selesai semester I, berarti Desember tahun ini. Akankah dilanjutkan, dilanjutkan dengan evaluasi, atau ditunda pelaksanaannya?
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan menetapkan ”nasib” Kurikulum 2019 pada selesai semester I, berarti Desember tahun ini. Akankah dilanjutkan, dilanjutkan dengan evaluasi, atau ditunda pelaksanaannya?
Semua memang sedang dalam kajian. Yang jelas, belum ada umpan balik dari 6.000 SD yang menjadi proyek percontohan, Kurikulum 2019 sudah dipaksakan untuk dijalankan.
Tahun 2019 sekolah kami ditunjuk menjadi salah satu SD percontohan. Ibarat dua sisi mata uang, ada rasa senang lantaran mungkin kami akan lebih paham lebih dulu dibandingkan dengan SD lain. Namun, ada juga risiko lantaran ketergesaan dan ”bau politik” yang menyengat. Selain kami, total ada 15 SD di Kota Yogyakarta yang menerapkan Kurikulum 2019 di kelas I dan IV.
Pada tahun pertama, kami para guru berdarah-darah untuk mampu memahami, mengolah, memilah, sekaligus ”memasak” semoga rasa ”kurikulum” tetap enak dan nikmat bagi siswa. Mengapa kami sampai bersusah payah?
Sudah rahasia umum bahwa Kurikulum 2019 disiapkan secara ”kejar tayang”, serba cepat, dan tergesa-gesa. Kurikulum dan turunannya, ialah buku, sudah pasti penuh ranjau di sana-sini. Tak hanya itu, bekal pendidikan dan latihan (diklat) untuk kami juga sangat kurang. Maka, semoga siswa tidak menginjak ranjau, sang guru/pendidik harus benar-benar mengolah kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan merancang acara dengan pendekatan saintifik, sekaligus penilaian yang otentik.
Sungguh tidak simpel menyiapkan itu semua. Masih untung, salah satu dari kami pernah terlibat litbang SD Eksperimen Romo Mangun. Mengolah dan memasak kembali kurikulum dan buku sudah pernah dilakukannya sehingga dengan segera melihat hakiki Kurikulum 2019. Bagaimana dengan sekolah lain?
Kelebihan dan kekurangan
Di tengah kebingungan melaksanakan pada tahun pertama, kami bersepakat tidak mau terpuruk dan berusaha memelihara semangat semoga siswa tetap terlayani dengan baik.
Baca Juga
- Mendikbud Pastikan Integrasi Aplikasi Dapodik Dan Kurikulum 2019 – Diluar Penetapan Itu, Pilihannya Hanya Kurikulum 2006
- Batas Pengusulan Penerapan Kurikulum 2019 Paling Lambat 2 Januari 2019
- Download Juknis Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 Dan Kurikulum 2019 –Sekolah Dinas Akan Input Form Ajuan K-13 Ke Web Dapodikdaskemdikbud
Di tengah ketergesaan, kekurangan, dan kesalahan buku, kami bersyukur tema-tema Kurikulum 2019 sangat kontekstual alias dekat dengan siswa. Banyak tema yang digemari siswa lantaran merupakan belahan dari keseharian siswa SD. Sebenarnya, Kurikulum 2019 menunjukkan ruang cukup untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan siswa, juga sikap yang mampu distimulus dari setiap kegiatan. Sayang, keleluasaan untuk eksplorasi kurang sehingga tema bagus, tetapi ruang eksplorasi dibiarkan sepi.
Selama ”bergaul dan bekerja sama” dengan dinas dan sekolah sesama percontohan, kami merasakan pendampingan implementasi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pendampingan administrasi. Padahal, guru SD percontohan dan SD-SD di negeri ini membutuhkan pendampingan intensif lantaran memahami dan melaksanakan apa yang disebut pendekatan saintifik dan penilaian otentik itu tidak mudah. Perlu revolusi mental dari kebiasaan guru ”ceramah” menjadi seorang fasilitator. Lompatan tersebut memerlukan perubahan paradigma.
Sebagai SD yang pernah melaksanakan percontohan, kami mampu mengungkapkan bahwa Kurikulum 2019 secara konsep bagus. Ada dua hal yang nyata beda dengan kurikulum sebelumnya, ialah pendekatan saintifik dan penilaian otentik. Namun, justru pemerintah kurang menunjukkan pendampingan maksimal dalam dua hal tersebut.
Tidak heran kalau guru bingung, meraba-raba bak berjalan di tempat gelap. Maka, salah satu hal yang perlu diperbaiki yakni pendidikan dan pelatihan guru terlebih dahulu. Kenyataannya, diklat kurikulum tak selalu menambah paham, hanya menambah materi ke sekolah.
Kurangi administrasi
Jika diklat perlu ditingkatkan mutunya, sebaliknya pendampingan formal manajemen dikurangi lantaran memberatkan. Kami semakin repot melayani usul data dan mengisi instrumen dari berbagai pihak.
Siswa SD kami kalau ditanya banyak yang senang dengan Kurikulum 2019 lantaran ada beberapa yang dipraktikkan, didiskusikan. Belajar dengan mengamati, menanya, menganalisis, tetapi untuk itu sang guru perlu menyiapkan ”peta belajar” semoga siswa mampu menemukan dan membangun pengetahuannya.
Sebagai guru yang pernah mengalami kurikulum 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2019, acara dan tema Kurikulum 2019 memang lebih variatif sehingga kalau dilakukan dengan baik dan benar, pastilah siswa akan senang belajar, bukan menghafal.
Kesimpulannya, Kurikulum 2019 mampu dilanjutkan dengan revisi kesalahan, perbaikan sistem diklat, dan pendampingannya.
Referensi artikel : “Menjadi Percontohan Kurikulum 2019”
Oleh : Lily Halim Guru dan Kepala SD Nasrani Kalam Kudus, Yogyakarta
Editor : Sandro Gatra – Sumber : Kompas Cetak – Kompas.com
Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/
Posting Komentar untuk "Akhir Semester I, “Nasib” Kurikulum 2019 Diputuskan Untuk Dilanjutkan,Dilanjutkan Dengan Evaluasi, Atau Ditunda Pelaksanaannya"